Jumat, 09 April 2010



IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATI
Selasa, 2 February 2010 @ 21:51 WIB - Komputer & Internet

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dalam menyampaikan materi yang diajarkan kepada siswa dalam suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi cara siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengajak para pesera didik menuju pada perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru melalui proses pembelajaran. Seperti yang tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (2005:15) yaitu:

Fungsi tujuan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan mengacu pada tujuan pendidikan nasional maka dengan sendirinya guru dituntut untuk dapat mengembangkan potensi anak didik dengan memperhatikan materi apa yang terkandung pada mata pelajaran yang akan diajarkannya karena dengan begitu maka seorang guru mampu memberikan yang terbaik bagi siswanya.

Seiring dengan perkembangan zaman serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, maka kita dituntut untuk terus mengadakan pembaharuan disegala lini kehidupan. Terutama yang bersentuhan langsung dengan kemajuan ilmu pengetahuan, dimana dalam Sistem yang ada di dalam pendidikan harus terus mengadakan perubahan kearah yang positif. Berbagai teknik pembelajaran, baik itu metode, pendekatan, maupun tata cara atau aturan dalam pembelajaran banyak dirancang untuk menghasilkan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa yang lebih optimal. Terkhusus Metode Pembelajaran Aktif Kretif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), di mana Hakikat pembelajaran sebenarnya adalah memberi rasa nyaman dan betah siswa (anak didik) dalam menerima pelajaran.

Menurut John Dewey (1916), Daves (1977; 31) mengatakan: belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, serta mengembangkan inisiatif yang berasal dari siswa dan guru sangat diharapkan sebagai pembimbing dan pengarah dalam proses pembelajaran didalam dan diluar kelas.

Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah salah satu pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

1. Aktif: pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya.

2. Kreatif: dimana pengembanganya juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya.

3. Efektif: menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karakteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya.

4. Menyenangkan: pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan.

Dan sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa ”Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut merupakan dasar bahwa guru perlu menyelenggarakan pembelajaan yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).

Pada mata pelajaran matematika, dimana dengan menggunakan Metode Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), sangat membantu guru dalam penyajian materi pelajaran matematika sehingga murid dapat merasa nyaman dan aktif dalam menghadapi mata pelajaran tersebut. Berdasarkan survei awal di Sekolah Dasar Inpres Perumnas IV Makassar, diperoleh informasi dari guru bahwa berbagai kendala yang masih dihadapi dalam pembelajaran sehingga mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran pada suatu mata pelajaran tersebut. dimana kendala tersebut terkait dengan terbatasnya waktu jam pertemuan dan penguasaan guru dalam menggunakan metode pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), dalam pembelajaran tersebut banyak terlibat langsung dengan media pembelajaran yang berada di ruangan kelas sebagai sumber belajarnya. Dan Juga beberapa murid yang tidak menyenangi pelajaran matematika Sehingga menimbulkan motivasi yang kurang dalam pembelajaranya sebagaian murid menggangpap pelajaran matematika cukup sulid bagi mereka sehingga menjadi sesuatu yang menakutkan.

Diharapkan dengan mengunakan metode pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), sesuai dengan Proses pembelajaran pada satuan pendidikan yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif. sehingga dapat membantu siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, dimana nantinya murid dapat aktif dalam pembelajaranya dan menjadikan mata pelajaran matematika menjadi menyenangkan. dan bukan lagi menjadi ketakutan setiap menghadapi pelajaran matematika.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana gambaran pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di Sekolah Dasar Inpres Perumnas IV Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan di capai dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu : untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Metode Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Inpres Perumnas IV Makassar.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat secara teoretis dan praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis:

a. Bagi akademik/lembaga pendidikan (KTP), menjadi bahan informasi dan kajian dalam pengembangan pengetahuan, khususnya bidang pendidikan berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah.

b. Bagi guru, Khususnya pada SD Inpres Perumnas IV Makassar sebagai bahan masukan agar lebih memvariasikan metode mengajarnya dengan menggunakan Metode Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam proses pembelajaran.

c. Bagi peneliti, sebagai pengalaman yang sangat berharga sehingga menjadi bekal dan acuan dalam penyusunan karya ilmiah selanjutnya.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi guru, sebagai masukan dalam rangka lebih mengefektifkan kegiatan pembelajaran di sekolah, baik pembelajaran secara teori maupun praktek.

b. Bagi siswa, sebagai masukan pentingnya mengikuti kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktek dalam meningkatkan kemampuan siswa baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

E Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang direncanakan terdiri atas lima bab yaitu :

1. Bab I. Pendahuluan, Yang terdiri atas Latar belakang masalah, fokus masalah, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan

2. Bab II. Kajian pustaka dan kerangka pikir

3. Bab III. Metode penelitian yang terdiri dari : Pendekatan dan jenis penelitian, Fokus peneliian, desktripsi lokasi penelitian, unit analisis, teknik pengumpulan data, analisis dan validasi data serta jadwal pelaksanaan penelitian.

4. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari : analisis deskriptif kualitatif terhadap pelaksanaan medel pembelajaran aktif kretif efektif dan menyenangkan (PAKEM)

5. Bab V. Kesimpulan dan saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajia Pustaka

1. Hakikat Belajar Mengajar

Belajar menurut bahasa adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian”. Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan belajar adalah “Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi”. Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan “belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya” Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.” Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Dari pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kesatuan yang dari dua kegiatan yang yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar mengajar tersebut, sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder. Sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadi kegiatan belajar yang optimal, Situasi yang dapat memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah suatu situasi di mana siswa dapat berinteraksi dengan guru atau bahkan pembelajaran di tempat tertentu yang telah diatur untuk mencapai tujuan. Selain itu situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila mengunakan metode atau media yang tepat. Untuk megetahui keefektifan kegiatan belajar dan pembelajaran maka diadakan evaluasi. Secara umum pembelajaan dapat diartikan sebagai proses perubahan dan interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan spritual. Hal ini sesuai dengan pendapat sudjanah (1989:28) yaitu:

Belajar adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya suatu perubahan pada diri seseorang. Perubahan suatu hasi belajar dapat ditunjukkan dalam berabagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kemampuan daya reaksi, daya penerimaan dan aspek yang ada pada individu.

Belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang mana dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi rana-rana kognitif, efektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang mengaktualisasikan rana-rana tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu. Dimana belajar merupakan suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dalam lingkungan yang mengahasilkan perubahan-peruabahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Sehingga berdasarkan uraian tersebut diatas dapat ditandai bahwa kegiatan belajar mengajar merupaka suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen-komponen yang membentuk kegiatan belajar mengajar tersebut antara lain adalah:

a. Siswa, seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang di butuhkan untuk mencapai tujuan.

b. Guru, yakni seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator kegiatan belajar mengajar, dan peranan lainya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

c. Tujuan, pernyataan perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegaiatan belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencangkup perubahan kognitif, psikomotorik, dan efektif.

d. Isi pelajaran, yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

e. Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi dari orang lain , dimana informasi tersebut dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

f. Media, bahan pembelajaran dengan atau tampa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

g. Evaluasi, cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya.

Ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar. Sebagaimana menurut Paul Suparno (1997: 21) yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Belajar berarti mencari makna. Diciptakan oleh siswa dari apa yang meraeka lihat, dengar, rasakan dan alami.

b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

c. belajar adalah bukan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan tetapi perkembangan itu sendiri.

d. hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

e. hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang telah dipelajari.

Orang yang memiliki ciri-ciri belajar berarti telah mengalami proses pembelajaran. Untuk mencapai perubahan-perubahan tersebut, tidak terlepas dari fungsi guru dalam proses pembelajaran. Proses belajar mengajar merupakan kesatuan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan antara siswa yang belajar dengan guru yang mengajar karena dalam proses belajar mengajar akan selalu melibatkan serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

2. Tinjaun Teoritis Tentang PAKEM

a. Pengertian PAKEM

Menurut Sidi (2005:71) “PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan”.

“Pakem sebagai singkatan pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan merupakan pendekatan pengajaran yang mendudukkan siswa sebagai pelaku utama kegiatan pembelajaran” (Karim, 2006:34).

Dalam PAKEM, semua siswa dikondisikan untuk terlibat langsung secara aktif dalam semua kegiatan pembelajaran. Dengan kondisi ini, siswa dituntut kemandiriannya untuk mengalami sendiri objek dan peristiwa yang dipelajari sambil berinteraksi, berkomunikasi, dan melakukan refleksi dalam setiap kegiatan pembelajaran. Tanggung jawab belajar ada pada pundak siswa dan peran guru hanya sebatas ‘learning facilitator’ (pemerakarsa kondisi belajar).

Aktif pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Di dalam implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan serta 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.

Sementara itu, Kreatif dimaksudkan sebagai penghasil karya baru sebagai hasil pemikiran sendiri atau kelompok. Karya-karya ini dapat berbentuk tulisan, gambar, grafik, charta, table, atau metode tiga dimensi. Untuk beberapa siswa mungkin mengalami kesulitan untuk menghasilkan karya nyata namun anak-anak ini hanya dapat menghasilkan karya dalam bentuk gagasan, pendapat, dan ucapan. Pada tahap awal, karya ini dapat berbentuk tiruan dan pada tahap lanjutan, karya tiruan ini dapat dimodifikasi sesuai keperluan atau menghasilkan karya yang sama sekali baru, hasil pemikiran orisinal. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembelajaran haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pembelajar yang mandiri adalah:

a. mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya.

b. mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya.

c. memonitor keefektivan strategi tersebut. Dan

d. termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan

Selanjutnya, tentang pengertian Efektif dimaksudkan sebagai efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Setiap kegiatan pembelajaran senantiasa diarahkan pada pencapaian kompetensi-kompetensi tertentu sehingga keberhasilan kegiatan pembelajaran didasarkan pada seberapa jauh tujuan pembelajaran dicapai. Yang terakhir, makna menyenangkan dimaksudkan agar setiap kegiatan pembelajaran diarahkan pada kegiatan yang menyenangkan yang melibatkan semua siswa seperti permainan (game), brainstorming (urun gagasan), brainwriting (urun tulisan), bermain peran, dan kegiatan menyenangkan lainnya. Prinsip ini sesuai dengan peran pedagogis bahwa belajar dalam suasana senang. Jadi berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah salah bentuk metode mengajar yang didalamnya terdapat pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Melalui kegiatan pembelajaran yang bersifat interaksif, siswa dapat berpikir lebih banyak untuk dirinya sendiri, dan memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap untuk persiapan kehidupan masa depannya.

Menyenangkan pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss (2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar.

Selain itu dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya. Tanpa merendahkan sifat dan nilai multimedia elektronik, para guru dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternatif dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastik, tumbuh-tumbuhan, kayu dan sebagainya, guna memotivasi dan merangsang proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Dimana Media dan bahan ajar, selalu menjadi penyebab ketidak berhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana di antara para pendidik/guru kita dalam melaksanakan tugas mengajar mereka di sekolah adalah tidak tersedianya ’media pembelajaran dan bahan ajar’ yang cukup memadai. Jawaban para guru ini cukup masuk akal. Seakan ada korelasi antara ketersediaan ’media bahan ajar’ di sekolah dengan keberhasilan pembelajarn siswa. Kita juga sepakat bahwa salah satu penyebab ketidak berhasilan proses pembelajaran siswa di sekolah adalah kurangnya media dan bahan ajar. Kita yakin bahwa pihak manajemen sekolah sudah menyadarinya. Tetapi, sebuah alasan klasik selalu kita dengar bahwa ”sekolah tidak punya dana untuk itu”!. Oleh karena itu seorang giri haruslah memiliki kekretifitasan yang tinggi dalam mengajarnya Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti disebutkan dalam pendekatan ’Quantum Learning’ dan Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara ini media pembelajaran yang relatif cukup representatif digunakan adalah media elektronik (Computer – Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian’bahan ajar’ harus dengan sistem modular dengan mengacu pada pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis dan fleksibel, tanpa harus selalu terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru. Perlu dicatat bahwa tujuan akhir mempelajari sebuah mata pelajaran adalah agar para siswa memiliki kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam Standar Kompetensi (baca Kurikulum Nasional). Untuk itu langkah/skenario penyajian pembelajarn dalam setiap topik/mata pelajaran harus dituliskan secara jelas dalam sebuah Modul. Dengan demikian diharapkan para siswa akan terlibat dalam proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan bermakna (Meaningful Learning).

B. Karakteristik Matematika dan karakteristik siswa Pada Sekolah Dasar

a. Karakteristik Pelajaran Matematika

Menurut bahasa latin Matematika berasal dari kata “manthanein atau mathema yang berarti Pelajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan menurut bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti Kemudian menurut istilah, Somardyono mengemukakan bahwa “Matematika adalah produk dari pemikiran intelektual manusia.” Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari Matematika. Penerapan cara kerja Matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa. Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya. Demikian halnya dengan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, guru SD perlu memahami bagaimana karakteristik matematika. Tidak mudah untuk mencapai kata sepakat diantara ahli matematika untuk mendefinisikan tentang matematika akan tetapi mereka semua sepakat bahwa sasaran dalam pembelajaran matematika tidaklah kongkret.

Matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika disebut ilmu deduktif (Russefendi, 1989: 23).

Matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logic, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat sifat-sifat, teori-teori di buat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. (Johnson dan Rising, 1972 dalam Rusefendi, 1988: 2).

Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. (Reys, 1984. Dalam Rusefendi, 1988: 2)

Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. (Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988:2).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks. Matematika yang merupakan ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hirarkis, abstrak, bahasa symbol yang padat arti dan semacamnya adalah sebuah system matematika. Sistem matematika berisikan model-model yang dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan nyata. Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola piker matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Selain mengetahui karakteristik matematika, guru SD perlu juga mengetahui taraf perkembangan siswa SD secara baik dengan mempertimbangkan karakteristik ilmu matematika dan siswa yang belajar. Anak usia SD sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya. Taraf berfikirnya belum formal dan relatif masih kongkret, bahkan untuk sebagian anak SD kelas rendah masih ada yang pada tahap pra-kongkret belum memahami hokum kekekalan, sehingga sulit mengerti konsep-konsep operasi, seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Sedangkan anak SD pada tahap berfikir kongkret sudah bisa memahami hokum kekekalan, tetapi belum bisa diajak untuk berfikir secara deduktif sehingga pembuktian dalil-dalil matematika sulit untuk dimengerti oleh siswa. Siswa SD kelas atas (lima dan enam, dengan usia 11 tahun ke atas) sudah pada tahap berfikir formal. Siswa ini sudah bisa berfikir secara deduktif.

Dari uraian di atas sudah jelas adanya perbedaan karakteristik matematika dan siswa SD. Oleh karenanya diperlukan adanya kemampuan khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak SD yang sebagian besar belum berfikir secara deduktif untuk mengerti ilmu matematika yang bersifat deduktif. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para ahli matematika dan apa yang dapat diterima oleh orang yang berhasil mempelajarinya (termasuk guru). Bisa jadi merupakan hal yang membingungkan dan tidak masuk akal bagi siswa SD. Problematika pembelajaran matematika SD senantiasa menarik diperbincangkan mengingat kegunaannya yang penting untuk mengembangkan pola piker dan prasyarat untuk mempelajari ilmu-ilmu eksak lainnya, tetapi masih dirasakan sulit untuk diajarkan secara mudah oleh guru dan sulit diterima sepenuhnya oleh siswa SD. Kegunaan matematika bagi siswa SD adalah sesuatu yang jelas yang tidak perlu dipersoalkan lagi, terlebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Hal yang terpenting untuk segera dipecahkan dalam masalah pembelajaran matematika SD adalah bagaimanakah mengajarkan matematika sehingga guru dan siswa senang dalam proses belajar mengajar?

b. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Matematika, menurut Ruseffendi (1991), adalah bahasa symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilurmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan keunsur yang didefinisikan, keaksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000) yaitu memiliki objek kajian yang abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola piker deduktif.

Siswa Sekolah Dasar umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk meng operasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Dari usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek konkret yang dapat ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media, dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa. Proses pembelajaran pada fase konkret dapat melalui tahapan konkret, semi konkret, semi abstrak, dan selanjutnya abstrak. Dalam matematika setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola piker dan pola tindakannya. Untuk keperluan inilah, maka diperlukan adanya pembelajaran melalui perbuatan dan pengertian, tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat fakta saja, karena hal ini akan mudah dilupakan siswa. Pepatah Cina mengatakan, “saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti”.

Seorang guru akan dapat menyajikan materi matematika dengan baik perlu menguasai bahan kajian matematika yang akan diajarkannya. Akan tetapi penguasaan terhadap bahan saja tak cukup, namun perlu juga penguasaan strategi dan pendekatan pembelajaran matematika, dalam hal ini adalah matematika SD. Pembelajaran matematika kadang-kadang terasa sulit, banyak hambatan, banyak kegagalan, baik bagi siswa maupun guru, tetapi dilain pihak kita juga pernah merasa senang dan puas. Ini tentunya merupakan pengalaman sekaligus tantangan untuk bisa menyajikan matematika di kelas lebih banyak hal-hal yang menyenangkan bagi siswa dan guru. Oleh karena itulah, pada kesempatan ini kita mencoba untuk i menggali pendekatan dan metode pembelajaran matematika yang memungkinkan siswa untuk belajar matematika lebih baik. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran yang cocok untuk suatu konsep matematika perlu memperhatikan hakekat ilmu matematika, hakekat anak SD, kurikulum matematika SD dan teori belajar matematika. Pendekatan belajar mengajar merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas bahan pelajaran untuk mencapai tujuan belajar mengajar. Sedangkan metode mengajar merupakan suatu cara mengajar yang dapat digunakan untuk mengajarkan tiap bahan pelajaran. Tiap pelajaran mempunyai ciri khas tertentu sehingga melahirkan pendekatan tertentu dalam pengajarannya.

B. Kerangka Pikir

Keberhasilan proses pembelajaran tentunya tidak lepas dari guru sebagai sala satu sumber belajar. Peran guru sebagi sumber belajar sangatlah penting dimana guru harus lebih menguasai materi pelajaran/bahan ajar. Tidak hanya itu guru harus lebih banyak memiliki bahan referensi, hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang jauh lebih baik tentang materi yang akan diajarkan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru dituntut untuk lebih menguasai informasi dan kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa melalui metode pakem, dimana Hakikat Pakem sebenarnya adalah memberi rasa nyaman dan betah siswa (anak didik) dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu Pakem sangat memperhatikan keinginan atau kegemaran anak, yakni bermain. Pembelajaran diolah sedemikian rupa sehingga terdapat unsur permainan di dalamnya. Mulai pembelajaran dalam bentuk lomba, kerjasama atau diskusi, sampai pembelajaran yang dilakukan di luar kelas. Kemunculan Pakem sebenarnya disebabkan adanya indikasi bahwa siswa jenuh terhadap pembelajaran yang selama ini diterapkan. Pembelajaran yang monoton (tidak kreatif), hanya mendengarkan guru berceramah (pasif, tidak aktif), kurangnya transfer ilmu yang dapat bertahan lama pada siswa (tidak efektif), dan terakhir tentu saja sangat membosankan (tidak menyenangkan). Demikianlah nuansa pembelajaran yang kebanyakan dilakukan oleh guru selama ini. Pembelajaran yang demikian itu, yang selama ini banyak dilakukan, disebutlah sebagai pembelajaran konvensional. Salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, dan beberapa siswa yang tidak menyenangi pelajaran matematika Sehingga menimbulkan motivasi yang kurang dalam mengikuti pembelajaranya. Melalui metode PAKEM siswa lebih mudah memahami dan menguasai mata pelajaran matematika karena di kemas lebih menarik dan menyenangkan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang pelaksanaan Metode Pembelajaran Aktif, Kretif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM). Penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan Metode Pembelajaran Aktif, Kretif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) khusunya di jenjang sekolah Dasar.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah “gambaran pelaksaan Metode Pembelajaran Aktif, Kretif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)” batasan fokus penelitian ini tentang bagaimana gambaran pelaksanaan Metode Pembelajaran Aktif, Kretif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada mata pelajaran Matematika Di SD Inpres Perumnas IV Makassar.

C. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Perumnas IV Makassar yang berlokasi di Jalan Bonto DG Ngirate makassar. Yang dipimpin oleh seorang kepalah sekolah dengan jumlah Guru 9 orang, 7 guru tetap dan 2 Guru honorer. Dengan jumlah siswa sebanyak 135 orang. Jumlah kelas 6 yang terdiri dari kelas I, Kelas II, Kelas III, Kelas IV, Kelas V, dan Kelas VI.

D. Unit analisis

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SD Inpres Perumnas IV Makassar dengan subjek penelitian yaitu Guru Mata Pelajaran Matematika dan siswa kelas V Sebagai Informan Penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian hal yang sangat penting untuk menentukan kualitas keabsahan dari hasil penelitian adalah ditentukan dari teknik pengumpulan data maka dalam penelitian ini akan digunakan teknik pengumpulan data antara lain sebagai berikut :

1. Teknik observasi :

Adalah mengadakan pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk memberi penilaian pada objek yang diteliti. Kegiatan observasi ini dilakukan pada pra penelitian (survey awal) dan pada saat penelitian sesungguhnya berlangsung, observasi ini bertujuan sebagai landasan guna mengamati pelaksanaan metode pembelajran aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM). Untuk kepentingan observasi maka dibuat pedoman observasi.

2. Wawancara :

Dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara lisan dan tatap muka kepada pihak-pihak yang dianggap paling tepat yakni guru bidang studi mata pelajaran matematika sebagai bahan pembahasan dan masing – masing siswa kelas V, yang mana isi wawancara tersebut berkaitan dengan pelaksanaan metode pembelajaran aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM).

3. Teknik dokumentasi :

Kegiatan dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data tertulis tentang gambaran umum yang berkaitan dengan pelaksanaan metode pembelajran aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM).

F. Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, tentang gambaran pelaksanaan metode pembelajran aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM), di SD inpres perumnas tidung makassar.

Guna menjamin keakuratan atau validnya data, maka sumber informasi dari hasil wawancara terhadap informan akan dibandingkan (triangulasi) dengan hasil observasi, sekaligus hasil dari dokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran melalui metode pembelajran aktif kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM). Kelas V Di SD Inpres Perumnas Tidung.

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Jadwal penelitian ini dirinci sebagai berikut:

1. Penyusunan usulan penelitian 4 minggu

2. Pengurusan seminar 1 minggu

3. Penggurusan isi penelitian 2 minggu

4. Pengumpulan data lapangan 2 minggu

5. Analisis data / penyusunan skripsi 4 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, S. dan Samad, S. (eds). 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FIP Universitas Negeri Makassar.

Arifin Martoenoes. 2006. Startegi Dan Model Belajar Mengajar. Makassar : Badan Penerbit UNM Makassar.

Ahmad Fauzi. 2004. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

Bungin Burhan. (eds). 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo persada.

Depdiknas. 2008. Konsep Pakem : (http ://pakhmadsudrajat.wordpress.com.) diakses 27 mei 2009

Indra. 2009. pembelajaran pakem, tingkatkan kualitas belajar siswa : (http://indramunawar.blogspot.com/2008/02/pembelajaran-pakem tingkatkan – kualitas.html) 29 April 2009

Mustikasari Ardiani. 2009. Kosep Pakem : Situs Pendidikan Indonesia (http :// Edu-articles.com – Situs Pendidikan Indonesia » PAKEM (1) – Edu-articles.com – Situs Pendidikan Indonesia_files) diakses 29 April 2009

Moh. Uzer Usman dan Lilis. 2002. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Roesdakarya.

Nana Sudjana. 1987. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Balai Pustaka

PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 Ayat 1. konsep pakem. : edu-articles.com – situs pendidikan indonesia. (htt//www.pedu-articles.compakem-1) di akses pada tanggal 29 April 2009

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Rusfendi.1911, Pengertian Matematika : Situs algebra (http//www.karmawati-yusuf.blogspot.com200901tugas-makalah-inovasi-pembelajaran.html) diakses 29 Juli 2009

Sumad Suryabra. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta : CV Rajawali.

Soedjadi. 2000, Pengertian Matematika : Situs algebra (http//www.karmawati-yusuf.blogspot.com200901tugas-makalah-inovasi-pembelajaran.html) diakses 29 Juli 2009

Sanjaya Wina.2007.starategi pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia NO.20.Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika

Wasty Sumanto. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara

Strategi Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan Bidang Studi Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Kecakapan Hidup pada Sekolah Dasar Negeri Tulungrejo 04 Bumiaji dan Sekolah Dasar Muhammadiyah 04 Batu. (Disertasi)
Ichsan Anshory AM


Abstrak


Salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dimulai dari perbaikan proses pembelajaran atau lebih fokus pada strategi/metode pembelajaran. Strategi/ metode pembelajaran ini lebih lanjut diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu (1) strategi pengorganisasian (organizational strategy), (2) strategi penyampaian (deli- very strategy), dan (3) strategi pengelolaaan (management strategy). Strategi pengor-ganisasian pembelajaran mengacuh pada suatu pembuatan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, dan format belajar. Strategi penyampaian pembe- lajaran kepada peserta didik dan strategi pengelolaan pembelajaran mengacuh pada upaya menata interaksi antara peserta didik dengan komponen strategi yang lainnya atau kapan strategi dipakai dalam suatu situasi pembelajaran.

Masalah umum penelitian ini adalah bagaimanakah strategi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bidang studi ilmu pengetahuan sosial berbasis ke- cakapan hidup dilaksanakan di SDN Tulungrejo 04 dan SD Muhammadiyah 04 Batu. Secara khusus, masalah penelitian itu difokuskan pada tiga hal, yakni, (1) Bagaimana strategi pengorganisasian pembelajaran akatif, kreatif, efektif dan menyenangkan di SDN Tulungrejo 04 dan SD Muhammadiyah 04 Batu. (2) bagaimana strategi penyam- paian pembelajaran akatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bidang studi ilmu penge tahuan sosial berbasis kecakapan hidup, dilihat dari (a) bagaimana kegiatan awal pembelajaran, (b). bagaimana kegiatan inti pembelajaran dan (c) bagaimana kegiatan penutup, (3) Strategi pengelolaan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenang- kan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif fenomeno logis dalam pelaksanaan strategi pembelajaran akatif, kreatif, efektif dan menyenang- kan. Pendekatan ini menggunakan tiga tahap reduksi, yaitu reduksi fenomenologis, eidetis dan transendental. Alasan menggunakan fenomenologis adalah (1) perolehan data faktual dalam kondisi berlangsungnya proses pembelajaran, (2) penelitian meng- ungkapkan pemaknaan perilaku guru dengan peserta didik dalam proses pembe- lajaran, dan (3) fokus penelitian mengungkapkan interaksi, komunikasi dan relasi antara guru dengan peserta didik dalam dimensi strategi pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Pengumpulan data terdiri dari data verbal dan nonverbal diperoleh dari latar alamiah pada saat guru mengajar bidang studi ilmu pengetahaun sosial berbasis kecakapan hidup yang diteliti. Untuk memperoleh data menggunakan teknik observasi /pengamatan langsung, wawancara mendalam, angket dan dokumentasi. Teknik ob- servasi digunakan untuk memperoleh gambaran yang sesungguhnya perilaku guru dalam proses pengorganisasian, penyampaian dan pengelolaan pembelajaran akatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dikelas/luar kelas, (2) teknik angket untuk mem- peroleh gambaran umum data aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan persiapan, penyapaian dan pengelolaan serta penilaian yang diemban oleh seluruh guru, (3) teknik wawancara mendalam digunakan untuk mengungkapkan dan menguatkan pemaknaan perolehan data, dan (4) dokumentasi digunakan untuk mendukung data yang diperoleh dari observasi, angket dan wawancara mendalam.

Adapun analisis data menggunakan model analisis interaktif, yaitu perolehan data dari lokasi penelitian di dalamnya melibatkan kegiatan pengumpulan data, sajian dan paparan data, reduksi data dan penarikan kesimpulan.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran akatif, krea- tif, efektif dan menyenangkan bidang studi IPS berbasis kecakapan hidup pada SDN Tulungrejo 04 dan SD Muhammadiyah 04. Strategi pengorganisasian pembela- jaran sudah menjadi tugas pokok guru dalam membuat program tahunan, program semes- teran, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran akatif, kreatif, efektif dan menyenangkan, guru kelas bidang studi ilmu pengetahuan sosial berbasis kecakapan hidup. Buku tematik belum ada, buku penunjangnya masih menggunakan buku bidang studi. Materi pelajaran dikembangkan melalui pemanfaatan lingkungan seko- lah, media dan sumber belajar sudah dirancang, baik dibuat oleh peserta didik sendiri maupun yang sudah disiapkan oleh guru.

Sementara itu, hasil temuan bahwa penggunaan jam efektif pembelajaran dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler selama enam hari di SDN Tulungrejo 04 bahwa kegiatan pembelajaran jam efektif untuk kelas I, II dan III= 32 jam, dan kelas IV, V dan VI=38 jam, sesuai dengan standar jam dalam kurikulum. Sedangkan penggunaan jam efektif pembelajaran dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler selama enam hari di SD Muhammadiyah 04, bahwa kegiatan pembelajaran jam efektif kelas I dan II=38 jam, kelas III= 40 jam, kelas IV, V dan VI= 42 jám, penambahan jam dimanfaatkan untuk menyalurkan bakat dan minat peserta didik dalam rangka pengembangan diri.

Strategi penyampaian pembelajaran,guru dengan peserta didik dalam interaksi dan komunikasi diciptakan suasana agar peserta didik memiliki motivasi belajar, mata pelajaran dikemas untuk mampu menciptakan peserta didik bisa aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, sehingga peserta didik secara tidak langsung tertanam pem- biasaan, keberanian dan ketrampilan pada dirinya. Strategi penyampaian pembela jaran guru sebagai komponen utama sebagai sumber belajar, mengggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan flesibel; yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas kelompok/individu, diskusi, eksperimen, pengamatan lingkungan, presentasi individu maupun kelompok, orientasi pembelajaran kontekstual. Strategi pengelolaan dan hasil pembelajaran, yaitu produk karya individu berupa pajangan, pemberian motivasi, quis, penguatan berupa refleksi, pesan moral, kesimpulan, penutup dengan doa. Hasil belajar peserta didik berbentuk laporan tertulis, catatan harian dan raport, dan menyusun rencana tindak lanjut pembelajaran, yaitu dengan mengadakan remidi.

pembelajaran efektik



IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM)
Eko Srihartanto. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri). Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember. 2007.

Penelitian ini bertujuan untuk memotret Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ditinjau dari : a) Bagaimana peran guru dan siswanya, b) Bagaimana kurikulumnya, c) Bagaimana strategi pembelajarannya, d) Bagaimana media pembelajarannya, e) Bagaimana cara evaluasinya; Hasil yang dicapai pada Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri dan Kendala yang dihadapi dalam Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif naturalistic. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, analisis datanya bersifat induktif, hasil penelitiannya lebih menekankan makna daripada generalisasi. Data dikumpulkan dari populasi yang ada di SD Negeri I Wonogiri seperti kepala sekolah, guru dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan sampel seperti Kepala Sekolah, 5 orang guru dan 2 siswa kelas atas. Adapun teknik pengambilan sampel dipergunakan teknik sampling bertujuan (purposive sampling technique). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : 1) teknik observasi, 2) wawancara mendalam (in depth interviewing), 3) analisis dokumen.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1) peran guru sangat sedikit sebagai fasilitator dan moderator, peran siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan, merancang (membuat sesuatu), 2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang digunakan di sekolah memberikan kemudahan, keleluasaan maupun kebebasan dalam melaksanakan PAKEM dalam pembelajaran, 3) strategi pembelajarannya terdiri dari : a) kegiatan pra instruksional, b) kegiatan instruksional, c) penilaian dan tindak lanjut, 4) media pembelajaran yang digunakan adalah media sekolah dan lingkungan siswa, 5) evaluasi yang dilaksanakan adalah penilaian proses, ulangan harian, mid semester, semester dan ujian sekolah, 6) pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan oleh guru kelas masing-masing.
Hasil yang dicapai pada Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri yaitu bahwa proses pembelajaran yang menggunakan PAKEM ternyata dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga prestasi siswa selalu meningkat baik ujian, pencapaian kejuaraan baik akademik maupun non akademik. Kendala yang dihadapi dalam Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri antara lain : 1) hambatan pengelolaan, b) hambatan kesiapan guru, c) hambatan pemanfaatan media, d) hambatan waktu, e) hambatan lingkungan.
Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) perlu dikembangkan dan ditindak lanjuti di sekolah-sekolah dasar baik melalui penataran atau pelatihan-pelatihan. Dan hendaknya dalam melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dilaksanakan oleh seluruh guru baik guru kelas maupun guru mata pelajaran.